Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Banyak yang bilang, kalau pasangan marah atau posesif itu tandanya sayang. Tapi coba pikir ulang—apa iya rasa sayang harus selalu datang bareng suara keras, kata-kata menyakitkan, atau bahkan perlakuan kasar? Kalau kamu mulai merasa gak aman dalam hubungan karena pasanganmu sering marah atau bersikap kasar, itu bukan cinta yang sehat. Itu tanda bahaya yang perlu kamu sadari.
Dalam hubungan yang sehat, emosi boleh ada, termasuk marah. Tapi ada batasnya. Marah yang dibarengi dengan makian, merendahkan, membentak, atau bahkan tindakan fisik bukanlah sesuatu yang bisa ditoleransi. Itu sudah masuk ke ranah toxic relationship dan bahkan bisa jadi bentuk kekerasan emosional atau verbal.
Ketika pasangan sering marah tanpa alasan jelas, atau meledak karena hal-hal sepele, ini bisa berdampak ke kesehatan mental kamu. Berikut beberapa dampak negatif yang sering muncul:
Kalau kamu sudah mengalami satu atau lebih dari hal di atas, kamu perlu berhenti sejenak dan evaluasi: Apakah kamu masih ada dalam hubungan yang sehat?
Kata-kata pedas, makian, atau sikap merendahkan kadang dibungkus dengan dalih “Aku cuma lagi emosi.” Tapi emosi yang sehat itu dikomunikasikan, bukan dilampiaskan sembarangan. Cinta sejati gak akan membuatmu menangis setiap hari atau membuatmu merasa kecil. Justru pasangan yang benar-benar sayang akan berusaha mengontrol emosinya dan menjaga kamu, bukan menyakitimu—secara fisik maupun emosional.