Banyak yang bilang, kalau pasangan marah atau posesif itu tandanya sayang. Tapi coba pikir ulang—apa iya rasa sayang harus selalu datang bareng suara keras, kata-kata menyakitkan, atau bahkan perlakuan kasar? Kalau kamu mulai merasa gak aman dalam hubungan karena pasanganmu sering marah atau bersikap kasar, itu bukan cinta yang sehat. Itu tanda bahaya yang perlu kamu sadari.
Dalam hubungan yang sehat, emosi boleh ada, termasuk marah. Tapi ada batasnya. Marah yang dibarengi dengan makian, merendahkan, membentak, atau bahkan tindakan fisik bukanlah sesuatu yang bisa ditoleransi. Itu sudah masuk ke ranah toxic relationship dan bahkan bisa jadi bentuk kekerasan emosional atau verbal.
Kenapa Sering Marah Bisa Jadi Masalah Serius?
Ketika pasangan sering marah tanpa alasan jelas, atau meledak karena hal-hal sepele, ini bisa berdampak ke kesehatan mental kamu. Berikut beberapa dampak negatif yang sering muncul:
- Rasa tidak aman dalam hubungan
- Selalu merasa bersalah meskipun tidak salah
- Menurunnya rasa percaya diri
- Overthinking dan takut bicara jujur
Kalau kamu sudah mengalami satu atau lebih dari hal di atas, kamu perlu berhenti sejenak dan evaluasi: Apakah kamu masih ada dalam hubungan yang sehat?
Kasar Bukan Bahasa Cinta
Kata-kata pedas, makian, atau sikap merendahkan kadang dibungkus dengan dalih “Aku cuma lagi emosi.” Tapi emosi yang sehat itu dikomunikasikan, bukan dilampiaskan sembarangan. Cinta sejati gak akan membuatmu menangis setiap hari atau membuatmu merasa kecil. Justru pasangan yang benar-benar sayang akan berusaha mengontrol emosinya dan menjaga kamu, bukan menyakitimu—secara fisik maupun emosional.
Apa yang Bisa Kamu Lakukan?
- Kenali Pola Kasar Itu
Jangan abaikan tanda-tandanya. Apakah ini kejadian sekali-sekali atau sudah jadi pola? Kalau sudah sering terjadi, jangan ragu angkat bicara. - Komunikasi dengan Jelas
Sampaikan bahwa kamu tidak nyaman dengan sikapnya. Tapi ingat, lakukan ini saat situasi tenang, bukan saat konflik lagi panas. - Cari Dukungan
Cerita ke orang terdekat atau bahkan konselor bisa jadi langkah penting. Kadang kita butuh sudut pandang luar untuk melihat masalah dengan lebih jernih. - Berani Memutuskan
Kalau sikap kasar terus terjadi dan tidak ada niat untuk berubah, kamu berhak mundur. Bertahan bukan berarti kuat—kadang justru mundur itu bentuk paling nyata dari self-love.