Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Pernah dekat sama seseorang yang bilang sayang, tapi jarang kasih kabar? Atau ketika kamu ngajak ngobrol serius, dia malah bilang "Lagi capek, nanti aja"? Mungkin kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki attachment style avoidant—alias gaya keterikatan menghindar.
Gaya ini bikin mereka cenderung menarik diri saat merasa terlalu dekat, menghindari komitmen, atau terlihat cuek padahal sebenarnya... ya, mereka memang belum tahu cara terhubung secara emosional secara sehat.
Sebelum emosi duluan, coba pahami bahwa gaya avoidant biasanya terbentuk karena pengalaman masa kecil yang membuat mereka sulit percaya orang lain sepenuhnya. Bukan salah kamu. Dan bukan berarti mereka gak punya perasaan—mereka cuma belum terbiasa menunjukkannya.
Refleks kamu mungkin ingin langsung ngejar atau ngirim chat panjang lebar saat dia mulai menarik diri. Tapi bagi pasangan avoidant, ini justru bikin mereka merasa terkekang. Beri mereka ruang, tapi tetap tunjukkan bahwa kamu ada saat mereka siap.
Hindari kalimat seperti “Kamu tuh selalu...” atau “Kapan sih kamu serius?” yang bisa bikin mereka defensif. Coba mulai dengan, “Aku merasa...” atau “Aku pengin kita bisa ngobrol lebih jujur...” Fokus pada perasaan kamu, bukan menyalahkan dia.
Walaupun kamu pengertian, bukan berarti kamu harus terus menerus mengalah. Tentukan batasan emosionalmu. Jika pasangan kamu terus-terusan menjauh atau menghindar tanpa usaha memperbaiki, kamu juga berhak mempertimbangkan kembali hubungan itu.
Berpacaran dengan orang avoidant bisa melelahkan secara emosional. Jangan lupa isi ulang energimu—entah dengan journaling, ngobrol bareng teman, atau menikmati waktu sendiri. Kamu gak bisa terus memberi tanpa isi ulang.
Jika hubungan mulai terasa terlalu berat, jangan ragu mengajak pasangan (atau kamu sendiri) untuk konsultasi ke psikolog. Kadang, pihak ketiga bisa membantu kalian menemukan pola komunikasi yang lebih sehat.