Pernah dekat sama seseorang yang bilang sayang, tapi jarang kasih kabar? Atau ketika kamu ngajak ngobrol serius, dia malah bilang "Lagi capek, nanti aja"? Mungkin kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang yang memiliki attachment style avoidant—alias gaya keterikatan menghindar.
Gaya ini bikin mereka cenderung menarik diri saat merasa terlalu dekat, menghindari komitmen, atau terlihat cuek padahal sebenarnya... ya, mereka memang belum tahu cara terhubung secara emosional secara sehat.
Tapi tenang, bukan berarti hubungan kalian gak bisa berhasil. Yuk, simak cara menghadapinya!
1. Kenali Gaya Attachment-nya Dulu
Sebelum emosi duluan, coba pahami bahwa gaya avoidant biasanya terbentuk karena pengalaman masa kecil yang membuat mereka sulit percaya orang lain sepenuhnya. Bukan salah kamu. Dan bukan berarti mereka gak punya perasaan—mereka cuma belum terbiasa menunjukkannya.
2. Jangan Terlalu Mengejar Saat Mereka Menjauh
Refleks kamu mungkin ingin langsung ngejar atau ngirim chat panjang lebar saat dia mulai menarik diri. Tapi bagi pasangan avoidant, ini justru bikin mereka merasa terkekang. Beri mereka ruang, tapi tetap tunjukkan bahwa kamu ada saat mereka siap.
3. Bangun Komunikasi yang Aman, Bukan Menekan
Hindari kalimat seperti “Kamu tuh selalu...” atau “Kapan sih kamu serius?” yang bisa bikin mereka defensif. Coba mulai dengan, “Aku merasa...” atau “Aku pengin kita bisa ngobrol lebih jujur...” Fokus pada perasaan kamu, bukan menyalahkan dia.
4. Punya Batasan Itu Wajib
Walaupun kamu pengertian, bukan berarti kamu harus terus menerus mengalah. Tentukan batasan emosionalmu. Jika pasangan kamu terus-terusan menjauh atau menghindar tanpa usaha memperbaiki, kamu juga berhak mempertimbangkan kembali hubungan itu.
5. Jangan Lupa Rawat Diri Sendiri
Berpacaran dengan orang avoidant bisa melelahkan secara emosional. Jangan lupa isi ulang energimu—entah dengan journaling, ngobrol bareng teman, atau menikmati waktu sendiri. Kamu gak bisa terus memberi tanpa isi ulang.
6. Pertimbangkan Bantuan Profesional (Kalau Perlu)
Jika hubungan mulai terasa terlalu berat, jangan ragu mengajak pasangan (atau kamu sendiri) untuk konsultasi ke psikolog. Kadang, pihak ketiga bisa membantu kalian menemukan pola komunikasi yang lebih sehat.