Sebelum Kamu Datang, Aku Hanya Bertahan
Sebelum kamu hadir, hidupku seperti lagu tanpa irama. Setiap hari terasa datar, seperti menonton film yang sama berulang kali. Bangun pagi, pergi kerja, pulang larut, tidur dengan kepala penuh beban, dan begitu lagi esok hari. Tidak ada yang benar-benar kuharapkan, tidak ada yang membuatku menantikan hari baru.
Aku menjalani hidup bukan dengan semangat, tapi karena kewajiban. Rasanya seperti berjalan di lorong panjang tanpa ujung. Sampai suatu hari, tanpa aba-aba, kamu datang. Tidak dengan sorotan terang atau drama besar, tapi dengan kehadiran yang entah kenapa... menenangkan.
Saat Dunia Dalam Kepalaku Terlalu Ricuh
Banyak orang melihatku sebagai seseorang yang kuat dan mandiri. Tapi mereka tidak tahu, di balik semua itu aku menyimpan perang yang tak pernah berhenti di dalam kepala. Ada terlalu banyak hal yang kutelan sendiri, trauma yang belum sembuh, mimpi yang tidak kunjung jadi nyata, dan tekanan yang kuberi pada diriku sendiri karena merasa tak ingin jadi beban siapa-siapa.
Aku bahkan mulai terbiasa dengan rasa sesak yang datang tiba-tiba. Tapi anehnya, saat kamu mulai hadir, semuanya mulai terasa berbeda. Kamu tidak banyak tanya. Tidak banyak menuntut. Tapi dari kata-kata sederhana sepertimu, “Hari ini kamu baik-baik aja?” atau “Kalau capek, istirahat ya,” aku merasa... dilihat. Didengar. Dianggap.
Kamu Tidak Menyelesaikan Hidupku, Tapi Kamu Membuatnya Lebih Ringan
Aku sadar, kamu bukan penyelamat. Dan aku juga tak berharap kamu menyelesaikan seluruh hidupku. Tapi yang aku butuhkan memang bukan seseorang yang menghapus masalahku. Aku hanya butuh satu orang, seseorang seperti kamu, yang mau duduk di sebelahku, meski tak tahu harus berkata apa.
Kita tertawa bersama di antara lelah yang tak pernah benar-benar selesai. Kita saling mendengar, meski kadang tak tahu jawabannya. Tapi kamu membuat semua luka dan kekacauan itu terasa... lebih bisa dihadapi.
Kehadiranmu seperti jeda dalam hari-hari yang terlalu penuh. Seperti senja di hari yang panas, tidak menyelesaikan, tapi menyegarkan.
Kadang, Yang Kita Butuhkan Bukan Solusi, Tapi Teman Sejiwa
Aku pernah berpikir aku hanya butuh waktu untuk menyembuhkan diri. Tapi ternyata, lebih dari itu... aku butuh seseorang yang membuatku merasa cukup hanya dengan menjadi diriku sendiri. Dan kamu melakukan itu.
Tanpa sadar, kamu menyalakan bagian dari diriku yang sudah lama padam. Kamu tidak mengubahku secara drastis, tapi kamu hadir dengan kehangatan yang menggerakkan perlahan. Mengisi kekosongan yang bahkan aku sendiri tak tahu ada.
Hadirmu Adalah Keajaiban Kecil Dalam Hidupku
Kamu bukan seseorang yang kuharapkan akan datang. Tapi kamu datang dengan cara yang tak bisa kutolak. Tanpa banyak janji, tanpa banyak drama. Tapi cukup untuk membuat aku tahu bahwa dunia tak selalu sepi, dan bahwa ada orang yang bisa membuat segala keributan di kepalaku menjadi lebih sunyi.
Terima kasih... telah hadir di tengah ricuhnya aku.