Kita Tak Pernah Salah Waktu
Orang sering berkata, “Kita bertemu di waktu yang salah.” Seolah waktu selalu menjadi kambing hitam dari hubungan yang tak berjalan semestinya. Tapi sekarang, setelah semua yang terjadi, aku sadar: bukan waktunya yang salah. Bukan jaraknya. Bukan kesibukan, bukan juga takdir. Yang salah adalah kamu, karena sejak awal, kamu tak pernah benar-benar serius.
Aku ingat betul, aku sudah ada di sana. Menunggu, memberi ruang, dan tak pernah menuntut lebih dari apa yang kamu bisa beri. Tapi entah kenapa, kamu selalu punya alasan untuk tak sepenuhnya tinggal. Kadang sibuk, kadang ragu, kadang merasa belum siap. Dan aku, terlalu lama diam, berharap kamu akan berubah.
Ketika Cinta Hanya Datang dari Satu Arah
Aku pikir, jika aku cukup sabar dan bertahan, kamu akan melihat bahwa aku tulus. Aku pikir, jika aku terus percaya, kamu akan memilihku tanpa ragu. Tapi seiring waktu berjalan, aku semakin sadar bahwa cinta ini seperti menepuk angin. Tidak ada balasan yang nyata. Tidak ada langkah pasti yang kamu ambil untuk membawaku masuk ke duniamu sepenuhnya.
Kamu hadir saat butuh teman, menghilang saat aku ingin ditemani. Kamu bilang sayang, tapi tak pernah menunjukkan bahwa aku benar-benar berarti. Kamu selalu menjanjikan sesuatu yang tak kunjung diwujudkan. Dan bodohnya, aku terus menunggu.
Ini Bukan Tentang Kesempatan, Tapi Komitmen
Sebuah hubungan butuh keberanian, bukan keraguan. Butuh kejelasan, bukan angan-angan. Dan kamu, tak pernah punya cukup niat untuk membuatku merasa aman. Kamu terlalu nyaman dengan status yang menggantung. Terlalu takut kehilangan kebebasanmu, sampai lupa bahwa aku punya batas untuk menunggu.
Akhirnya aku sadar, ini bukan soal waktu yang belum tepat. Tapi soal seseorang yang tak ingin benar-benar menetap. Yang menikmati kehadiranku, tapi tak pernah berniat membawaku ke tujuan yang sama.
Terima Kasih Sudah Membuatku Belajar
Sekarang, aku memilih pergi. Bukan karena aku lelah mencintaimu, tapi karena aku sadar bahwa aku pantas mendapat lebih dari sekadar harapan kosong. Aku ingin dicintai oleh seseorang yang siap, yang tahu apa yang dia mau, dan tak menjadikanku pilihan cadangan.
Terima kasih telah menjadi pelajaran. Kamu mengajarkanku bahwa cinta tak cukup hanya dengan rasa. Cinta juga butuh keberanian untuk berkomitmen dan tidak bersembunyi di balik alasan-alasan yang tak berujung.
Bukan Lagi Tentangmu
Saat ini, aku tidak lagi menyalahkan waktu. Aku berhenti mencari pembenaran. Karena dalam hatiku yang pernah percaya, kini tinggal kesadaran: yang salah bukan waktu, tapi kamu yang tak pernah serius menatap arah yang sama.