Aku bukan perempuan yang mudah jatuh hati. Terlebih pada seseorang yang bahkan tak pernah benar-benar akrab denganku. Kami tidak sering bertukar kabar, tidak juga bercanda di pesan, atau saling memberi perhatian layaknya dua orang yang sedang saling mengenal.
Tidak ada intensi itu, setidaknya dariku.
Tapi anehnya, ia justru dekat dengan ibuku.
Entah sejak kapan dan bagaimana awalnya, tapi aku mulai melihat bahwa dia bisa begitu hangat, begitu menghormati, dan tahu bagaimana mengambil hati orang tuaku—terutama mamaku. Ia datang saat ada acara keluarga, membantu dengan ringan, bahkan sesekali menanyakan kabar orang tuaku lebih dulu daripada menanyakan kabarku.
“Lanjutannya Gimana?” Sebuah Pertanyaan yang Tak Bisa Kujawab
Sejak itu, keluargaku mulai menyimpan harapan. Mama, khususnya, sering bertanya pelan tapi dalam:
“Lanjutannya gimana, Nak? Kapan dia bilang seriusnya?”
Pertanyaan itu terus muncul. Dan aku? Aku bingung. Karena sejak awal, aku tidak pernah merasa ada niat jelas darinya. Tak pernah ada kalimat pasti, tak pernah ada ajakan untuk mengenal lebih dekat. Semua hanya… menggantung.
Dan ketika kutanyakan hal itu secara langsung padanya, jawabannya singkat, dan membuat segalanya makin buram:
“Kita jalani saja dulu.”
Aku Perempuan. Aku Tak Bisa Gegabah
Aku tahu orang bisa berubah. Aku tahu perasaan bisa tumbuh. Tapi untuk seseorang sepertiku, perempuan yang hidup dalam lingkungan yang memegang nilai dan kehormatan, aku tak bisa gegabah. Aku tak bisa menaruh harap hanya karena kedekatan dia dengan orang tuaku. Karena pada akhirnya, aku yang akan diminta bertanggung jawab menjelaskan: "Kami ini sebenarnya apa?"
Dan aku tak punya jawabannya.
Yang aku tahu hanyalah: aku tak bisa berjalan sendirian di hubungan yang bahkan tak pernah dia beri arah.
Aku Tidak Akan Menunggu Jika Kamu Tak Pernah Berniat Menjemput
Mungkin benar, hubungan ini bukan hubungan. Tapi setidaknya, aku butuh kejelasan. Karena aku bukan sedang bermain rasa, bukan pula sedang mengikuti ekspektasi keluarga. Aku hanya ingin tahu, apakah dia pernah berniat menaruh masa depan bersamaku?
Jika jawabannya tidak... maka aku akan berhenti menunggu. Karena perempuan sepertiku, tak butuh harapan kosong yang dibungkus sopan santun.