1. Terlalu Baik, Sampai Kehilangan Diri
Ada bedanya antara baik hati dan gak punya batasan. Kalau kamu selalu bilang "iya" buat nyenengin semua orang, padahal kamu capek, kamu marah, atau kamu gak setuju—itu bukan lagi kebaikan. Itu tanda kamu kehilangan kompas diri sendiri.
2. Takut Ditinggal Jadi Alasan Diam-Diam
Banyak people pleaser muncul karena trauma ditinggalin. Kamu rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan harga diri, cuma karena takut orang lain gak suka atau pergi. Sayangnya, makin kamu nyenengin semua orang, makin kamu dijauhi orang yang benar-benar tulus.
3. “Gak Enakan” Bukan Alasan Buat Menyakiti Diri Sendiri
Kalimat “aku gak enakan” sering jadi alasan utama buat people pleaser. Padahal itu bisa jadi bentuk paling halus dari menyakiti diri sendiri secara mental. Kamu menahan emosi, menerima perlakuan gak adil, dan bilang “gapapa” padahal udah pengen teriak.
4. Jangan Sampai Kamu Sibuk Jadi Payung Saat Dirimu Lagi Kehujanan
Kamu jadi pelindung buat semua orang, tapi kamu sendiri basah kuyup karena gak ada yang jagain. Stop. Diri kamu juga berhak disayangin, dipahami, dan diutamakan.
5. Bikin Batasan Itu Bukan Egois, Tapi Sehat
Belajar bilang "tidak" itu bukan dosa. Menolak permintaan yang bikin kamu kewalahan bukan berarti kamu jahat. Justru di sanalah kamu mulai belajar: mencintai diri sendiri tanpa harus menyakiti orang lain—dan yang paling penting, gak menyakiti dirimu sendiri.
Kamu gak harus selalu ngerti semua orang. Kamu bukan Google Translate emosi. Kamu juga gak harus selalu ada buat orang lain, apalagi kalau itu artinya kamu menghilang dari hidupmu sendiri. Belajar bilang “tidak”, istirahat, dan mencintai diri sendiri—itu langkah pertama keluar dari perangkap people pleaser.