Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Hari ini rasanya berbeda. Bukan karena ada peristiwa besar, bukan pula karena sesuatu yang dramatis terjadi. Perbedaannya justru datang dari dalam diri, dari sesuatu yang pelan-pelan berubah tanpa aku sadari.
Beberapa waktu terakhir, aku lelah. Lelah dengan keadaan, lelah dengan pikiranku sendiri. Ada fase di mana aku merasa sangat sendirian, meski di sekelilingku ada banyak orang. Hari-hari berjalan hanya sekadar lewat. Bangun, menjalani, lalu tidur lagi. Tanpa semangat, tanpa tujuan yang benar-benar jelas.
Aku ada di fase hidup yang sempit. Ruang untuk bernapas terasa kecil, dan harapan rasanya seperti barang langka.
Lalu dia datang. Tidak membawa hal besar, tidak juga datang dengan janji-janji manis. Semuanya bermula dari obrolan sederhana. Tapi dari situlah aku merasa ditemani. Aku merasa didengarkan, benar-benar didengar, tanpa dihakimi.
Aku sempat bilang padanya, ada satu potongan lirik lagu yang sedikit menggambarkan kehadirannya
Untungnya ku bertemu denganmu di sela sempit hidup ini
Karena jujur, saat itu aku memang sedang berada di fase sempit itu.
Dari cara dia bercerita, aku melihat sosok yang bertanggung jawab. Dia menyayangi keluarganya, terlihat kuat, meski aku tahu beban hidupnya tidak ringan. Aku kagum bukan pada kata-katanya, tapi pada sikapnya. Cara dia mendengarkan ceritaku yang kadang berantakan, namun tetap dia anggap penting.
Lucunya, semua ini bermula dari candaan. Aku sempat menggoda dia soal tahun lahirnya yang katanya sudah disindir KUA. Dari tawa ringan itu, obrolan perlahan berubah menjadi lebih jujur. Tentang perasaan. Canggung, tentu saja. Tapi juga melegakan. Karena sebenarnya kami sama-sama tahu, tidak mungkin sejauh ini tanpa rasa.
Di salah satu tanggal di bulan Desember 2025, kami akhirnya mengungkapkan perasaan dengan jelas. Tanpa drama. Tanpa kata manis berlebihan. Hanya kejujuran. Dewasa. Sama-sama sadar bahwa perasaan ini ada, dan tidak ingin lagi mempermainkannya.
Kalimatnya masih teringat jelas di kepalaku
Kita sudah dewasa kan. Sudah tidak mau main-main lagi kan. Sudah cukup sama satu orang saja kan. Kalau kamu siap, ayo kita jalani hubungan yang serius.
Dia tidak menawarkan mimpi yang muluk. Dia mengajakku realistis. Mengajakku jujur. Jika capek, bilang. Jika butuh waktu sendiri, ngomong. Tidak saling menebak, tidak saling diam.
Aku bilang iya. Bukan karena aku yakin semuanya akan mudah, tapi karena aku ingin mencoba dengan cara yang lebih dewasa dari sebelumnya.
Aku tidak berharap hubungan ini sempurna. Aku hanya berharap, ketika nanti ada masalah, kami tidak lari. Ketika capek, kami tidak saling meninggalkan. Semoga jalannya dimudahkan. Dan kalaupun ada kerikil, semoga kami bisa berjalan pelan-pelan, bersama-sama.