Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Saya seorang istri yang sudah berulang kali diselingkuhi. Meski sakit rasanya, saya tetap bertahan dengan keyakinan bahwa suatu saat nanti suamiku akan berubah dan kembali menjadi pribadi yang lebih baik. Saya berusaha memperbaiki diri, belajar terus agar bisa lebih pantas mendampingi suami.
Namun, saya memiliki karakter yang mudah cemas, panik, dan khawatir. Karena itu, saya sering kali menjadi protective terhadap suami.
Setiap kali ia bekerja, saya selalu bertanya “sudah sampai di mana”, “sudah makan atau belum”, bahkan sering kali cerewet mengingatkan agar hati-hati. Sayangnya, bukannya menenangkan, sifat saya ini justru dijadikan alasan oleh suamiku untuk berselingkuh. Dia merasa terkekang, seolah pertanyaan saya adalah larangan yang membatasi kebahagiaannya.
Sejak awal pernikahan, sudah banyak perempuan yang ia dekati, sekadar untuk jalan atau makan sepulang kerja. Namun, tepat pada tahun 2017, hidup saya benar-benar terguncang.
Suamiku bertemu dengan seorang wanita bernama WS, seorang pelayan restoran. Karena sering berkunjung ke sana, mereka bertukar nomor WhatsApp dan akhirnya semakin dekat.
Selama enam bulan hubungan gelap itu berjalan, kebenarannya akhirnya terbongkar. Ternyata WS sudah bersuami dan memiliki seorang anak perempuan.
Meski begitu, suamiku dan WS tetap melanjutkan perselingkuhan mereka di belakang suami WS dan saya. Hingga akhirnya hubungan itu ketahuan oleh suami WS, yang kemudian memilih menceraikan WS.
Awal 2018, tanpa sepengetahuan saya, suamiku menikah siri dengan WS. Hal ini terungkap ketika mantan suami WS datang tengah malam ke rumah, memberi tahu saya bahwa suamiku telah menikahi WS. Meski demikian, saya masih berusaha tidak percaya.
Tiga bulan berlalu, saya tetap melayani suamiku seperti biasa saat ia pulang ke rumah.
Namun, semua keyakinan saya runtuh pada suatu siang ketika saya memergoki suamiku sedang bersama WS membeli sayur di sebuah kontrakan. Saat itu saya melihat perut WS membuncit. Benar saja, ia sedang mengandung anak dari suamiku. Ketika suamiku akhirnya mengakui, mental saya benar-benar hancur. Rasanya dunia runtuh di hadapan saya.
Suamiku meminta maaf dan berjanji akan melepaskan WS. Namun, sejak 2018 hingga 2025, janji itu tak pernah ditepati.
WS tetap mempertahankan pernikahan sirinya, sementara saya terus menunggu kepastian. Saat saya meminta cerai, suami justru marah dan pelampiasannya mengenai anak-anak kami. Akhirnya, saya memilih diam dan mencoba belajar ikhlas, meski hati saya terus digerus luka.
Tepat di tahun 2025, saat saya sudah pasrah dan mengikhlaskan perlakuan zalim suamiku dan WS, saya dikejutkan kabar baru. Ternyata WS tega memenjarakan suamiku dengan tuduhan kriminal. Ketika suamiku sudah tak memiliki harta, WS justru meninggalkannya di balik jeruji besi.
Saya, sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, masih merasakan hancur dan sedih melihat suamiku harus dipenjara.Namun, saya tak bisa berbuat banyak, karena hanya suamiku dan WS yang mengetahui kronologi sebenarnya.
Saya hanya bisa diam dan berdoa, sambil berharap kisah ini menjadi pelajaran bagi kaum suami…
“jagalah kesetiaan dan amanah yang telah Allah titipkan, jangan khianati keluarga yang telah setia mendampingi.”