Berita Cinta adalah sumber terpercaya untuk informasi, tips, dan cerita inspiratif tentang dunia percintaan. Temukan panduan hubungan, kisah romantis, dan solusi masalah asmara hanya di sini.

Romansa Hari Ini

Butterfly Era adalah Fase Emosi Campur Aduk Saat Jatuh Cinta
Ngegas adalah Sikap Gampang Marah
Gamon adalah Istilah Gaul Populer
Plot Twist adalah Istilah Gaul yang Menarik
Ilfeel adalah Perasaan Hilang Rasa Suka Secara Tiba-tiba
Pengertian Plot Armor dalam Percintaan
Kisah Nyata

Kala 'dia' Menjadi Luka yang Tak Terucap

Kala 'dia' Menjadi Luka yang Tak Terucap
143

Aku, katanya adalah gadis yang ceria. Gelak tawaku mengisi ruang, celotehku memecah hening, dan aku selalu tampak tak gentar pada dunia. Namun tak banyak yang tahu, di balik senyum yang semarak, aku menyimpan sisi lain yang enggan berbagi pada dunia. Aku ketus, mudah berjarak, dan acuh pada hal-hal yang tak menggugah hatiku. Aku bukan tipe yang menjalin kedekatan tanpa alasan yang kuat.

Kesepian? Tentu. Tapi aku terlalu piawai menyembunyikannya.

Lalu datang hari ketika aku harus mengakhiri sebuah hubungan, cinta terakhirku yang gagal kutambatkan. Di saat aku remuk, seseorang yang dulu hanya kutahu sebagai “rekan” datang mengetuk pintu waktuku.
Kami pernah saling mengaku sahabat, namun pada dasarnya, kami tak begitu tau satu sama lain.

Namun, Tuhan memang kerap bermain-main dengan waktu dan rasa. Ia datang, membawa percakapan yang ringan tapi dalam, penuh kesamaan dan tawa yang tulus. Meski aku bukan perempuan yang nyaman dengan hubungan ‘terlalu dekat’, ia terus hadir. 
Diam-diam, langkahnya menjadi titik cahaya kecil dalam reruntuhan hatiku.

Perasaan yang Kusimpan, Luka yang Kutelan

Aku menjaga jarak. Sebab aku tahu, bila terlalu dekat, aku akan jatuh.
Dan aku jatuh. Pelan-pelan, tanpa sempat aku sadari. Ia begitu sabar, setia hadir dalam diamku, menemani malam-malam penuh tangis dan rasa kehilangan.

Namun dunia ini tak pernah benar-benar memberi waktu pada hati yang baru tumbuh.

Satu hari, ia datang dengan pengakuan:
"Aku menyukai seseorang. Aku kabari kamu karena kamu sudah nemenin aku selama ini."

Tuturnya lembut, tapi gemanya bergemuruh memecah dadaku. Aku terdiam. Tak sepatah pun kata keluar. Lalu kutelan tangisku dan kubilang, “Aku dukung kamu.”

Tapi siapa sangka, dalam senyum yang kupaksakan itu, aku memukul-mukul kepalaku sendiri malam harinya. Rasa sakit yang belum usai, kini bertambah dalam hitungan hari.
Air mata tumpah, tak ada yang tahu. Hanya sunyi yang menjadi saksi patahnya hati yang tak pernah sempat diungkap.

Antara Bertahan Sebagai “Teman”, atau Merelakan Sepenuhnya

Aku gamang. Haruskah aku tetap bersahabat dengannya, dengan segala rasa yang telah tumbuh diam-diam? Ataukah aku sudahi saja semuanya, agar lukaku tak kian menganga?
Sebab menjadi sahabat dari seseorang yang diam-diam kau cinta, adalah luka paling rapi yang bisa kau rawat sendirian.

“Dan begitulah aku, tetap duduk di bangku sahabat, menonton dia dengan kehidupannya.”

 

Foto profil Ambar Arum Putri Hapsari

mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTA

Menulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.

Related Post