Berita Cinta adalah sumber terpercaya untuk informasi, tips, dan cerita inspiratif tentang dunia percintaan. Temukan panduan hubungan, kisah romantis, dan solusi masalah asmara hanya di sini.

Recent Posts

Not Found Posts
Kisah Nyata

Kala 'dia' Menjadi Luka yang Tak Terucap

Kala 'dia' Menjadi Luka yang Tak Terucap
0

Aku, katanya adalah gadis yang ceria. Gelak tawaku mengisi ruang, celotehku memecah hening, dan aku selalu tampak tak gentar pada dunia. Namun tak banyak yang tahu, di balik senyum yang semarak, aku menyimpan sisi lain yang enggan berbagi pada dunia. Aku ketus, mudah berjarak, dan acuh pada hal-hal yang tak menggugah hatiku. Aku bukan tipe yang menjalin kedekatan tanpa alasan yang kuat.

Kesepian? Tentu. Tapi aku terlalu piawai menyembunyikannya.

Lalu datang hari ketika aku harus mengakhiri sebuah hubungan, cinta terakhirku yang gagal kutambatkan. Di saat aku remuk, seseorang yang dulu hanya kutahu sebagai “rekan” datang mengetuk pintu waktuku.
Kami pernah saling mengaku sahabat, namun pada dasarnya, kami tak begitu tau satu sama lain.

Namun, Tuhan memang kerap bermain-main dengan waktu dan rasa. Ia datang, membawa percakapan yang ringan tapi dalam, penuh kesamaan dan tawa yang tulus. Meski aku bukan perempuan yang nyaman dengan hubungan ‘terlalu dekat’, ia terus hadir. 
Diam-diam, langkahnya menjadi titik cahaya kecil dalam reruntuhan hatiku.

Perasaan yang Kusimpan, Luka yang Kutelan

Aku menjaga jarak. Sebab aku tahu, bila terlalu dekat, aku akan jatuh.
Dan aku jatuh. Pelan-pelan, tanpa sempat aku sadari. Ia begitu sabar, setia hadir dalam diamku, menemani malam-malam penuh tangis dan rasa kehilangan.

Namun dunia ini tak pernah benar-benar memberi waktu pada hati yang baru tumbuh.

Satu hari, ia datang dengan pengakuan:
"Aku menyukai seseorang. Aku kabari kamu karena kamu sudah nemenin aku selama ini."

Tuturnya lembut, tapi gemanya bergemuruh memecah dadaku. Aku terdiam. Tak sepatah pun kata keluar. Lalu kutelan tangisku dan kubilang, “Aku dukung kamu.”

Tapi siapa sangka, dalam senyum yang kupaksakan itu, aku memukul-mukul kepalaku sendiri malam harinya. Rasa sakit yang belum usai, kini bertambah dalam hitungan hari.
Air mata tumpah, tak ada yang tahu. Hanya sunyi yang menjadi saksi patahnya hati yang tak pernah sempat diungkap.

Antara Bertahan Sebagai “Teman”, atau Merelakan Sepenuhnya

Aku gamang. Haruskah aku tetap bersahabat dengannya, dengan segala rasa yang telah tumbuh diam-diam? Ataukah aku sudahi saja semuanya, agar lukaku tak kian menganga?
Sebab menjadi sahabat dari seseorang yang diam-diam kau cinta, adalah luka paling rapi yang bisa kau rawat sendirian.

“Dan begitulah aku, tetap duduk di bangku sahabat, menonton dia dengan kehidupannya.”

 

Ambar Arum Putri Hapsari

Ambar Arum Putri Hapsari

Universitas STEKOM

Penulis di Vokasinews yang mendalami dunia vokasi, berkomitmen menyajikan informasi terkini dan analisis mendalam tentang pendidikan dan pengembangan keterampilan, untuk membantu pembaca memahami peluang dan tantangan di sektor ini.

Related Post