Satu minggu setelah putus, sebenarnya aku nggak mau buru-buru dapet yang baru. Niatku cuma jalanin hidup fokus sekolah tanpa hubungan asmara.
Eh, tiba-tiba ada notif WA masuk, “Minta save.”
Karena lagi sibuk main game, notif itu aku skip dulu. Pas selesai main, baru aku buka. Ternyata yang chat cewek, namanya Cila (samaran). Awalnya aku cuma baca, sambil inget-inget siapa dia. Setelah dia sebutin nama sekolah, barulah aku ngeh… ternyata dulu aku sering ketemu dia waktu masih SD pas ikut lomba murottal, bahkan sampai SMP.
Dari situ obrolan kecil dimulai. Awalnya cuma iseng, kayak temen biasa. Lama-lama jadi temen curhat.
Sampai akhirnya kita ketemuan pertama kali di alun-alun, sepedaan bareng pagi-pagi. Dari sana aku merasa bisa pelan-pelan move on. Jujur, aku sempat mikir, “Apa jangan-jangan ini jodohku?”
Aku suka sama Cila karena dia tipikal cewek dewasa dan strong, bikin aku kagum. Tapi aku juga insecure pas pertama kali main ke rumahnya. Dia tinggal sama kakeknya, yang ternyata kepala desa sekaligus tokoh agama di sana. Sedangkan aku cuma dari keluarga biasa. Deg-degan banget waktu ditanya pakai bahasa Jawa krama, apalagi pas tahu aku sekolah di Muhammadiyah. Untung Cila bantuin dengan bilang kalau aku juga aktif di organisasi IPNU di desaku.
Restu Keluarga yang Jadi Halangan
Seiring waktu, hubungan kami makin dekat. Layaknya pasangan pada umumnya, kami jalan, makan, nonton, sampai ikut pengajian bareng. Tapi yang namanya hubungan, nggak semua mulus.
Sikap Cila mulai berubah, dia jadi sering ngehindar. Waktu kutanya, akhirnya dia jujur: ayahnya nggak setuju sama hubungan kami.
Bahkan dia minta hubungan ini jangan dipublish dulu, alias backstreet.
Belum berhenti di situ, kabar lain datang, Cila dijodohkan dengan Yoga, anak temannya ayahnya. Dia sendiri sempat cerita ke aku,
“Yung, aku izin buat terima dia buat bapakku, tapi nggak terima dia di hatiku.”
Bayangin aja rasanya, cewek yang aku sayang harus ngejalanin hubungan lain demi ayahnya. Tapi aku tahu dia juga bingung, tertekan antara nurut sama ayah atau nurutin hatinya sendiri. Untungnya, Yoga lama-lama sadar kalau Cila nggak bener-bener suka, dan akhirnya mulai menjauh.
Sampai sekarang, aku masih sama Cila. Hubungan kami penuh pasang surut, tapi kami saling ngalah biar tetap bertahan. Kadang aku mikir, mungkin ini jalan yang harus dilewati. Semoga aja suatu hari nanti restu keluarganya bisa berpihak ke kami….