Halo, aku sekarang duduk di bangku SMK dengan jurusan Teknik Komputer.
Di sekolah, aku cukup dikenal oleh teman-teman sebaya sebagai siswa yang jarang bersosialisasi atau terlalu banyak bicara. Aku hanya akrab dan terbuka pada orang-orang tertentu saja, yang menurutku nyaman untuk diajak berinteraksi.
Suatu hari, saat jam istirahat, aku sedang duduk sendirian di depan kelas, tiba-tiba, seorang siswi menghampiriku. Kami sebenarnya belum terlalu saling mengenal, tetapi hari itu menjadi awal perkenalan kami. Sejak saat itu, hubungan kami perlahan dekat, hingga akhirnya bisa dibilang kami menjadi sahabat baik.
Hampir satu tahun berjalan, aku dan dia selalu bersama. Kami sering menghabiskan waktu berdua, saling membantu, dan selalu ada satu sama lain ketika dibutuhkan. Meski begitu, kami tidak pernah memiliki hubungan khusus, hanya sebatas teman dekat yang sangat akrab.
Sebuah Pesan Mengejutkan
Suatu malam, sekitar pukul 18.00, aku sedang bersantai di rumah. Aku membuka ponselku dan melihat ada pesan darinya, pesan itu membuatku terdiam cukup lama.
Isi pesannya begini:
"Aku sebenarnya dari awal kita kenal sudah punya rasa sama kamu. Aku cuma malu untuk ungkapin. Tapi sekarang kurasa ini saat yang tepat. Mungkin kamu belum ada niatan buat buka hati lagi, tapi ingat, aku akan selalu ada dan siap buat bersamamu. Meskipun nanti kamu nolak, aku tetap bakal ada di sampingmu, dan kita tetap jadi bestie."
Jujur, aku kaget membaca pesan itu. Aku diam sebentar, merenung, lalu mengetik balasan.
Aku hanya mampu berkata:
"Kita bestie-an aja ya, aku minta maaf. Aku bersyukur punya teman seperti kamu yang selalu ada buatku, tapi aku belum bisa buka hati lagi untuk seseorang baru. Bagiku masih terlalu susah. Aku masih mengagumi orang yang aku cintai sejak masa SMP. Sekali lagi, maaf."
Cinta Pertama yang Tak Tergantikan
Beberapa hari setelah aku menjawabnya, hubungan kami tetap berjalan seperti biasa.
Tidak ada rasa canggung yang berlebihan, tidak ada jarak. Dia tetap menjadi sahabatku yang setia, meski sudah menyatakan perasaan.
Aku menolak bukan karena tidak menghargainya, melainkan karena hatiku masih terikat pada seseorang di masa lalu. Cinta pertama di masa SMP itu masih begitu kuat melekat dalam diriku. Sampai sekarang pun, aku merasa belum mampu membuka hati untuk orang baru.
Dia tahu alasan itu, aku pun menjelaskannya dengan jujur tanpa ada rahasia. Meski begitu, pertemanan kami tetap erat.
Namun jauh di lubuk hati aku sadar, aku terlalu mencintai kenangan itu, sampai-sampai menutup pintu untuk cinta yang baru.
Dan mungkin, aku masih harus berdamai dengan diriku sendiri.