Bukan Cinta, Hanya Kagum yang Tulus
Aku mengagumimu, bukan karena ingin memilikimu,
tapi karena kamu hadir di waktu yang paling kelam dalam hidupku—dan perlahan menyalakan cahaya kecil itu.
Kekaguman yang tak pernah kuminta, tapi nyatanya mampu menyembuhkan.
Lelaki yang Mengubah Cara Pandangku
Kamu bukan pahlawan dalam kisah romansa,
tapi kamu yang membuat hatiku luluh pada kehidupan.
Kamu bukan milikku, tapi lewatmu aku belajar melepaskan dendam, membuka hati yang pernah membatu karena luka masa lalu.
Luka yang Mengakar Sejak Kecil
Masa kecilku bukan dongeng yang bisa kubanggakan.
Ayah kandungku tak pernah ada ketika aku butuh.
Bahkan hanya untuk meminta uang Rp50.000, aku dimaki dan dibentak seolah aku bukan darah dagingnya.
Janji-janji manis tentang kuliah ke luar negeri lenyap saat aku dewasa dan menagihnya.
Ayah tiriku lebih menyakitkan lagi.
Pukulan, perlakuan tak adil, bahkan perlakuan menjijikkan yang tak selayaknya terjadi antara ayah dan anak.
Semua itu menumpuk menjadi trauma dan kebencian mendalam pada sosok lelaki.
Sampai Aku Nyaris Mengakhiri Segalanya
Masalah demi masalah datang, terutama soal keuangan.
Aku terjerat dalam tekanan mental hingga harus mengonsumsi obat penenang.
Aku ingin menyerah. Bahkan sempat berpikir untuk menempuh jalan yang salah—yang mungkin tak akan pernah bisa kumenangkan.
Tapi malam itu, di tengah panasnya udara bulan Juni, turun hujan deras dan petir menyambar.
Aku menangis, kuyup, dan hatiku hancur.
Tapi itulah titik baliknya. Aku merasa Allah menjawab: “Jangan pergi.”
Pertemuan yang Mengubah Segalanya
Seorang teman menghubungkanku dengan dia—lelaki yang tak kusangka akan jadi pembimbing jiwaku.
Dia mendengarkan ceritaku. Dia tak menghakimi.
Justru dia membawaku mendekat pada Tuhan.
Dia membangunkanku untuk tahajud.
Menelponku saat subuh.
Menyuruhku hafalan surat, bacaan sholat, amalan-amalan yang seumur hidup belum pernah benar-benar kupelajari.
Dari Gelapnya Masa Lalu ke Terangnya Cahaya Tuhan
Lewat dia, aku belajar mendekatkan diri pada Allah SWT.
Lewat dia, aku belajar bahwa memaafkan bukan berarti melupakan, tapi melepaskan beban yang membusuk dalam jiwa.
Lewat dia, aku sadar… hidup tak akan pernah sempurna, tapi Allah selalu menyiapkan pelipur lara bagi mereka yang bersabar.
Terima Kasih, Walau Bukan Untuk Dimiliki
Terima kasih…
Bukan karena menjadi milikku,
tapi karena menjadi jembatan untukku kembali ke pelukan Tuhanku.
Aku tidak tahu apakah kamu akan membaca ini.
Tapi kamu telah mengubah hidupku.
Dan karena mengagumimu… aku kini lebih damai, lebih kuat, dan lebih dekat pada Rabb-ku.