Pernah nggak sih bertanya pada diri sendiri:
"Kenapa aku masih memberi hati ke orang yang jelas-jelas nggak bisa menghargainya?"
Ini bukan soal kamu lemah - ini tentang pola psikologis yang sering tidak kita sadari.
5 Alasan Psikologis di Balik Perilaku Ini
1. Kecanduan Dopamin dari ‘Breadcrumbing’
Otak kita dirancang untuk ketagihan pola intermittent reinforcement - saat perhatian/kasih sayang diberikan secara tidak konsisten. Setiap kali dia memberi sedikit perhatian, otak melepas dopamin yang bikin ketagihan.
2. Trauma Bonding: Kecanduan Drama
Hubungan toxic sering menciptakan ikatan trauma - dimana kita terjebak dalam siklus:
Konflik → Rekonsiliasi → Konflik lagi
Siklus ini secara tidak sadar terasa "familiar" bagi orang dengan pengalaman masa kecil tidak stabil.
3. Mitos ‘Aku Bisa Mengubahnya’
Kita sering terjebak dalam fantasi bahwa:
- Kesabaran kita akan "menyembuhkan" mereka
- Cinta kita cukup untuk mengubah seseorang
Padahal perubahan hanya bisa datang dari kemauan diri sendiri.
4. Low Self-Worth yang Disamarkan sebagai Pengorbanan
Banyak yang tidak sadar bahwa bertahan dalam hubungan tidak sehat sering berasal dari:
- Keyakinan bawah sadar "Aku tidak pantas dapat yang lebih baik"
- Takut tidak akan menemukan pengganti
5. Proyeksi: Menyayangi Potensi, Bukan Realita
Yang sebenarnya kita cintai seringkali adalah:
- Versi ideal yang kita bayangkan
- Proyeksi kebutuhan kita akan “penyelamat”
- Bukan orangnya yang sesungguhnya.
Cara Memutus Siklus Ini
- Terapi 'No Contact'
Coba 30 hari tanpa kontak - perhatikan bagaimana perasaanmu tanpa pengaruh mereka - Tanya Reflektif
"Apa yang sebenarnya aku dapatkan dari hubungan ini?" (Buat daftar pro-kontra objektif) - Heal Attachment Style
Banyak pola ini berasal dari anxious attachment - cari tahu pola kelekatanmu dan cara memperbaikinya
Kebenaran yang Perlu Diterima:
"Orang yang benar-benar tak punya hati tidak akan tiba-tiba berubah karena sakit hatimu - mereka berubah karena memilih untuk berubah."