Berita Cinta adalah sumber terpercaya untuk informasi, tips, dan cerita inspiratif tentang dunia percintaan. Temukan panduan hubungan, kisah romantis, dan solusi masalah asmara hanya di sini.

Recent Posts

Not Found Posts
Masalah Asmara

Cinta Adalah Permainan: Siapa yang Paling Menunjukkan Perasaan, Maka Dia Akan Terbuang dan Disepelekan

Cinta Adalah Permainan: Siapa yang Paling Menunjukkan Perasaan, Maka Dia Akan Terbuang dan Disepelekan
14

Dulu, cinta adalah tentang saling. Tentang keberanian untuk menunjukkan rasa. Tapi zaman berubah, dan entah sejak kapan, cinta menjadi ajang adu kuat perasaan. Siapa yang paling bisa pura-pura cuek, dia yang paling “menang”. Sementara yang paling jujur... justru yang paling cepat tersingkir.

Kenyataannya pahit: dalam banyak hubungan, siapa yang paling menunjukkan cinta, paling duluan rindu, paling sering menghubungi, justru jadi pihak yang dianggap "lemah", "clingy", dan "nggak punya harga diri".

Padahal... bukankah cinta memang butuh kejujuran?

Menunjukkan Perasaan = Menjatuhkan Harga Diri?

Ada tren aneh dalam hubungan masa kini:
Seseorang yang terlalu cepat menunjukkan rasa justru dianggap tidak menarik.
Seseorang yang terlalu siap berkomitmen malah dicap “terlalu gampang”.

Seolah-olah, yang layak dicintai hanyalah mereka yang misterius, yang dingin, yang susah ditebak.
Yang terlalu hangat akan dianggap membosankan.
Yang terlalu jujur dianggap berlebihan.
Yang terlalu cinta... akan ditinggalkan.

Ketulusan Kini Jadi Kekalahan

Cinta tak lagi tentang siapa yang paling peduli, tapi siapa yang paling bisa membuat yang lain penasaran.
Main tarik ulur. Main ego. Saling tunggu siapa yang chat duluan.
Yang menunjukkan cinta lebih dulu dianggap kalah.

Lucunya, orang-orang yang benar-benar niat menjalin hubungan justru sering terluka oleh mereka yang hanya bermain.
Yang mencintai dengan tulus dianggap terlalu mudah didapat.
Lalu dibuang... seperti tidak pernah berarti.

Apakah Ini Wajar, atau Kita yang Sudah Terlalu Rusak oleh Ekspektasi?

Mungkin kita semua sudah terlalu sering patah, terlalu takut dikecewakan, hingga akhirnya menciptakan benteng-benteng:
“Jangan terlalu cepat baper.”
“Jangan kasih semua hati duluan.”
“Mainkan juga dia, biar gak jadi senjata buat nyakitin kamu.”

Dan tanpa sadar, kita melahirkan generasi cinta yang curiga pada kebaikan dan takut pada ketulusan.
Karena di dunia yang mengajarkan untuk "main aman", orang yang paling mencintai adalah orang yang paling rentan disakiti.

Lalu, Haruskah Kita Berhenti Menunjukkan Cinta?

Jawabannya tidak sesederhana itu.
Menahan diri bukan berarti harus pura-pura.
Tapi kamu harus tahu kapan cinta itu dihargai, dan kapan kamu sedang dimanfaatkan.

Tunjukkan cinta, iya. Tapi hanya pada mereka yang layak.
Karena cinta yang sehat bukanlah permainan, tapi ruang aman untuk jujur tanpa takut diremehkan.

Dan jika kamu pernah dicintai seseorang yang benar-benar tulus, jangan pernah sepelekan.
Tidak semua orang seberani itu untuk mencintai lebih dulu, apalagi ketika tahu ada risiko ditinggalkan di akhir cerita.

Ambar Arum Putri Hapsari

Ambar Arum Putri Hapsari

Universitas STEKOM

Penulis di Vokasinews yang mendalami dunia vokasi, berkomitmen menyajikan informasi terkini dan analisis mendalam tentang pendidikan dan pengembangan keterampilan, untuk membantu pembaca memahami peluang dan tantangan di sektor ini.

Related Post