Pernah gak sih kamu mengalami atau mendengar kisah teman yang dimarahi pacarnya hanya karena pakai baju tertentu? Misalnya disuruh ganti karena terlalu ketat, terlalu terbuka, atau “terlalu menarik perhatian”? Dalam banyak kasus, larangan ini sering dibungkus dengan kalimat manis, “Aku cuma sayang, gak mau kamu diliatin orang.”
Tapi sebenarnya, apakah itu benar-benar bentuk kasih sayang, atau justru kontrol yang dibungkus kepedulian?
Sayang Itu Bukan Mengatur
Beda tipis antara melindungi dan mengatur. Kalau pasanganmu menyampaikan kekhawatirannya secara terbuka, tanpa memaksa atau marah, dan tetap memberi kamu ruang untuk memilih, itu bisa jadi bentuk perhatian. Tapi kalau larangan disampaikan dengan nada tinggi, ancaman, atau bahkan menuntut kamu untuk selalu berpakaian sesuai standar dia—hati-hati, itu red flag.
Hubungan yang sehat itu dibangun atas dasar kepercayaan dan saling menghargai. Bukan memaksakan standar pribadi kepada pasangan. Apalagi kalau alasan “sayang” dijadikan dalih untuk mengontrol kebebasan berpakaian.
Kamu Punya Hak atas Tubuh dan Gayamu
Setiap orang punya kebebasan berekspresi, termasuk lewat pilihan berpakaian. Selama kamu nyaman, sopan sesuai tempat, dan tahu batasannya, gak ada salahnya kok tampil sesuai gaya sendiri. Pacar seharusnya bisa berdiskusi, bukan mendikte. Kalau kamu terus-terusan dibatasi, lama-lama bisa bikin kamu kehilangan identitas diri dan jadi gak percaya diri.
Komunikasi adalah Kunci
Kalau kamu mulai merasa gak nyaman karena pasangan terlalu sering mengomentari pakaianmu, coba ajak dia bicara. Jelaskan bahwa kamu menghargai pendapatnya, tapi kamu juga ingin tetap menjadi diri sendiri. Komunikasi yang terbuka bisa jadi jalan tengah, dan bantu kalian saling memahami tanpa harus saling menekan.
Kalau pasanganmu gak bisa kompromi dan terus merasa berhak mengatur, mungkin perlu dipertimbangkan lagi arah hubungan kalian.