
Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Di era sekarang, banyak pasangan yang pacaran bertahun-tahun tapi bubar sebelum ke pelaminan. Tapi coba lihat ke generasi sebelumnya—kakek nenek kita, misalnya. Gak sedikit dari mereka yang menikah karena dijodohkan, tanpa proses pacaran panjang, tapi bisa langgeng sampai usia senja. Kok bisa?
Jawabannya mungkin gak sesederhana “karena zaman dulu beda,” tapi justru ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari mereka.
Generasi dulu punya prinsip bahwa pernikahan bukan sekadar soal cinta, tapi tanggung jawab. Saat sudah menikah, mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankan rumah tangga, bukan gampang menyerah saat ada masalah. Mereka tahu, cinta bisa tumbuh seiring waktu kalau sama-sama saling menghargai dan menjaga.
Pernikahan zaman dulu lebih banyak soal "apa yang bisa aku lakukan untuk keluarga ini," daripada "apa yang harus pasangan lakukan buat aku." Mereka berjuang bersama, saling dukung, dan gak banyak menuntut hal-hal yang sekarang sering bikin hubungan renggang.
Mereka lebih fokus ke kerja sama, bukan pada ekspektasi romantis berlebihan.
Mungkin kakek nenek kita gak sering bilang “I love you” atau kasih kejutan romantis, tapi mereka punya komunikasi yang lebih jujur dan apa adanya. Mereka gak banyak drama, gak sibuk bandingin pasangan di media sosial. Yang penting: saling tahu peran dan saling percaya.
Karena pernikahan mereka dijodohkan oleh orang tua, ada nilai restu dan kepercayaan keluarga yang kuat. Ini bikin mereka merasa punya tanggung jawab bukan cuma ke pasangan, tapi juga ke keluarga besar. Dan ketika ada masalah, mereka cenderung lebih sabar dan mau memperbaiki, bukan langsung menyalahkan.
Nggak harus. Tapi dari pernikahan zaman dulu, kita bisa belajar bahwa cinta bukan satu-satunya bahan dasar pernikahan. Yang paling penting adalah komitmen, komunikasi, saling menghormati, dan keinginan untuk terus bertahan serta tumbuh bersama.
Pacaran boleh, jatuh cinta juga wajar. Tapi kalau gak siap berjuang bareng, hubungan sehebat apa pun bisa runtuh. Dan kadang, justru cinta yang tumbuh pelan-pelan—seperti di pernikahan yang dijodohkan—bisa jadi yang paling kokoh.