
Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Di era serba swipe kanan dan dating apps, perjodohan mungkin terdengar kayak sesuatu yang jadul banget. Tapi nyatanya, perjodohan masih ada dan masih dilakukan—baik oleh keluarga besar, teman, bahkan lewat biro jodoh digital. Pertanyaannya: apakah perjodohan masih bisa diterapkan di zaman sekarang? Jawabannya: bisa, asal dijalankan dengan cara yang sehat.
Banyak orang masih salah paham soal perjodohan. Dikiranya harus nurut, gak boleh nolak, dan harus langsung nikah. Padahal, di zaman sekarang, perjodohan lebih ke arah dikenalin dulu—kayak blind date, tapi lewat orang tua atau teman dekat. Kamu tetap punya hak untuk menolak kalau memang gak cocok.
Buat sebagian orang yang merasa capek dengan hubungan tanpa arah, atau yang circle-nya itu-itu aja, perjodohan bisa jadi solusi. Apalagi kalau yang ngenalin adalah orang yang kamu percaya, peluangnya untuk dapat pasangan yang sefrekuensi jadi lebih besar.
Perjodohan masa kini seharusnya bukan soal siapa yang paling tua atau siapa yang ‘siap’ duluan, tapi soal saling cocok dan saling mau. Yang penting, kedua belah pihak diajak ngobrol dan dikasih kesempatan untuk kenal satu sama lain secara santai, tanpa tekanan.
Jawabannya: bisa banget. Banyak pasangan zaman dulu yang justru jatuh cinta setelah menikah. Cinta bisa tumbuh seiring waktu, asal ada rasa saling menghargai, komunikasi yang baik, dan niat untuk membangun hubungan bareng. Intinya, bukan soal siapa duluan suka, tapi gimana usaha untuk saling menyayangi.
Kalau kamu open-minded dan belum ketemu yang pas, gak ada salahnya coba perjodohan—selama bukan paksaan, dan kamu tetap jadi diri sendiri. Di tengah dunia yang serba instan, mungkin cara ‘tradisional’ ini bisa jadi jalan baru buat nemu cinta yang lebih serius.