Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Ada tipe orang yang kalau dikasih saran, reaksinya selalu sama: masuk kuping kanan, keluar kuping kiri, lalu mampir sebentar buat ngopi di otak tapi nggak pernah menetap.
Padahal saran itu niatnya baik, buat kebaikan dia juga. Tapi ya gimana, merasa paling benar itu memang candu yang sulit dilepaskan.
Nah, kalau saran nggak mempan, biasanya hidup punya cara unik untuk “menampar”. Dan tamparan hidup itu seringkali jauh lebih keras daripada sekadar omongan orang.
Bedanya, kalau saran bisa kita abaikan, pengalaman hidup? Nah itu, biasanya datang tiba-tiba, nggak bisa di-skip.
Kita semua pasti pernah ngasih saran ke orang yang lagi bermasalah. Tapi seringkali yang kita dapat cuma:
Akhirnya? Ya balik lagi ke kebiasaan lama. Kayak orang yang dikasih tahu jangan deketin kompor panas, tetep aja nyobain.
Sampai tangannya melepuh, baru deh sadar, “Oh ternyata bener ya panas itu sakit.”
Kadang memang begitu. Saran orang lain hanyalah teori. Tapi ketika hidup ngasih praktik langsung, barulah otak yang keras bisa sedikit melunak.
Bedanya tamparan hidup sama saran itu jelas. Kalau saran masih bisa diabaikan, tamparan hidup biasanya langsung bikin:
Lucunya, setelah semua itu terjadi, biasanya baru deh keluar kalimat bijak ala sok dewasa: “Aku banyak belajar dari pengalaman.” Padahal sebelum jatuh, sudah diingatkan berkali-kali.
Keras kepala memang manusiawi, tapi jangan sampai hidup harus jadi guru kejam buat ngajarin kita hal-hal sederhana.
Toh lebih baik sakit sedikit karena menelan ego, daripada sakit banyak karena ditampar realita.
Jadi, kalau masih sering ngeyel dan merasa paling benar, siap-siap aja. Karena kalau telinga menolak mendengar, biasanya hidup turun tangan dengan cara yang jauh lebih “dramatis.”