
Menulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Affection-deprived adalah istilah gaul yang menggambarkan kondisi seseorang yang haus akan kasih sayang dan perhatian karena tidak pernah mendapatkan bentuk cinta yang sesuai. Orang dengan kondisi ini sering merasa kesepian, meskipun berada di tengah banyak orang. Mereka rindu akan kehangatan emosional yang tulus, seperti pelukan, kata-kata manis, atau perhatian kecil dari orang terdekat.
Fenomena ini semakin sering dibahas di media sosial karena banyak orang mulai menyadari pentingnya afeksi dalam hubungan, baik romantis, pertemanan, maupun keluarga. Menjadi affection-deprived bukan berarti seseorang manja atau berlebihan, melainkan tanda bahwa mereka memiliki kebutuhan emosional yang belum terpenuhi.
Seseorang yang affection-deprived biasanya menunjukkan tanda-tanda seperti mudah merasa sedih, cemas, atau tidak aman dalam hubungan. Mereka bisa tampak sangat perhatian dan penyayang, tetapi di balik itu, ada rasa takut ditinggalkan atau diabaikan. Ketika tidak mendapat respons kasih sayang yang diharapkan, mereka bisa merasa kecewa dan menganggap dirinya tidak cukup berharga.
Selain itu, mereka juga cenderung mencari validasi dari luar, misalnya lewat media sosial atau hubungan yang cepat terbentuk. Setiap pujian atau bentuk perhatian kecil bisa terasa sangat berarti bagi mereka. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, kondisi ini bisa membuat seseorang terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, hanya demi merasa dicintai.
Mengatasi rasa affection-deprived perlu dimulai dengan menyadari kebutuhan emosional diri sendiri. Cinta dan perhatian memang penting, tapi kebahagiaan sejati juga datang dari kemampuan untuk mencintai diri sendiri. Belajar memberi kasih sayang pada diri, seperti dengan menghargai pencapaian kecil atau menjaga kesehatan mental, bisa menjadi langkah awal untuk mengisi “tangki cinta” dari dalam.
Selain itu, membangun hubungan yang sehat dan saling memahami juga penting. Komunikasikan kebutuhan emosional secara terbuka kepada pasangan atau orang terdekat, tanpa menuntut berlebihan.