
Menulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Cancel culture adalah istilah gaul yang menggambarkan praktik penarikan dukungan secara luas terhadap seseorang, biasanya tokoh publik, karena tindakan atau ucapan yang dianggap salah. Fenomena ini merupakan bagian dari budaya digital yang berkembang pesat di media sosial. Cancel culture ialah bentuk respon cepat masyarakat terhadap perilaku yang dianggap melanggar norma atau moralitas tertentu. Dalam banyak kasus, publik bersatu untuk mengecam, memboikot, atau menghentikan dukungan terhadap figur tersebut.
Fenomena ini mencuat karena media sosial memberi ruang bagi opini publik untuk berkembang tanpa batas. Seseorang bisa dipuji hari ini, namun dalam hitungan jam bisa dibanjiri kritik dan kehilangan citra hanya karena satu kesalahan yang viral.
Cancel culture muncul dari kebutuhan masyarakat untuk menunjukkan keberpihakan pada nilai tertentu. Ketika seorang figur dianggap melakukan tindakan yang tidak pantas, publik merasa memiliki tanggung jawab moral untuk menegur atau menghentikan dukungan. Di sisi lain, tekanan kelompok dan budaya viral membuat informasi negatif menyebar lebih cepat daripada klarifikasi.
Fenomena ini juga dipengaruhi oleh kemudahan akses informasi. Masyarakat dapat dengan cepat mengatur opini kolektif melalui komentar, unggahan ulang, atau diskusi online. Kadang, keputusan untuk membatalkan dukungan terjadi tanpa proses verifikasi yang matang.
Meski sering dianggap sebagai bentuk keadilan sosial, cancel culture memiliki dua sisi. Di satu sisi, ia membantu meningkatkan kesadaran serta menuntut akuntabilitas dari figur publik. Banyak kasus pelecehan atau tindakan tidak etis akhirnya terbongkar karena tekanan cancel culture.
Namun di sisi lain, fenomena ini bisa menimbulkan kerugian bagi individu yang menjadi target. Tidak jarang orang yang sebenarnya salah paham atau belum terverifikasi justru kehilangan reputasi dan kesempatan karier. Tekanan psikologis pun bisa sangat besar karena publik secara massal berbalik menyerang.
Untuk menghadapi cancel culture, penting bagi masyarakat untuk lebih bijak dalam merespons isu. Verifikasi informasi, memahami konteks, dan tidak mudah terpancing emosi dapat membantu mengurangi tindakan berlebihan. Bagi figur publik atau siapa pun yang menjadi sasaran, transparansi dan tanggung jawab adalah kunci untuk membangun kembali kepercayaan.
Dengan memahami cancel culture, kita bisa lebih berhati-hati dalam bermedia sosial dan lebih berempati saat menilai kesalahan seseorang.