
Menulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Triggered adalah istilah gaul yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang mengalami reaksi emosional yang kuat akibat suatu pemicu tertentu. Istilah ini merupakan kata yang sering muncul di dunia digital, terutama di media sosial, untuk menunjukkan bahwa seseorang merasa tersentuh, marah, sedih, atau terganggu oleh situasi tertentu. Dalam banyak kasus, triggered ialah respon spontan yang muncul tanpa direncanakan karena perasaan terdalam tersentuh oleh pengalaman masa lalu atau isu sensitif.
Fenomena triggered semakin sering dibicarakan karena banyak orang mulai menyadari bahwa setiap individu memiliki batas sensitif yang berbeda. Hal kecil bagi seseorang bisa menjadi pemicu besar bagi orang lain. Oleh sebab itu, penting memahami konsep ini secara lebih mendalam.
Reaksi triggered biasanya muncul ketika seseorang menghadapi sesuatu yang terkait dengan pengalaman atau trauma sebelumnya. Misalnya, candaan tentang hal tertentu, komentar pribadi, atau situasi yang mengingatkan pada peristiwa tidak menyenangkan di masa lalu. Pemicu ini bisa muncul dari kata-kata, visual, suara, atau tindakan orang lain.
Selain faktor pengalaman, kondisi mental yang sedang tidak stabil juga membuat seseorang lebih mudah triggered. Ketika seseorang sedang stres, lelah, atau cemas, reaksinya terhadap pemicu kecil bisa menjadi lebih besar daripada biasanya.
Saat seseorang merasa triggered, respons emosional yang muncul dapat memengaruhi cara mereka bersikap dan berpikir. Reaksi tersebut bisa berupa kemarahan, diam mendadak, menarik diri, atau mengekspresikan emosi secara berlebihan. Hal ini wajar terjadi karena tubuh berusaha melindungi diri dari hal yang dianggap mengancam.
Dalam konteks pergaulan, triggered juga dapat memengaruhi kualitas komunikasi. Misalnya, seseorang menjadi lebih sensitif terhadap komentar teman atau pasangan sehingga percakapan sederhana bisa berubah menjadi konflik.
Mengelola rasa triggered bukan berarti harus menekan emosi, melainkan memahami apa yang memicu reaksi tersebut. Langkah pertama adalah mengenali pemicu yang membuat perasaan terganggu. Setelah itu, seseorang bisa mulai belajar menenangkan diri melalui napas dalam, memberi jarak dari situasi, atau melakukan aktivitas yang menenangkan. Di sisi lain, lingkungan juga berperan penting dalam mengurangi rasa triggered. Menggunakan bahasa yang lebih empatik, memahami batasan orang lain, dan menghindari candaan sensitif dapat menciptakan interaksi sosial yang lebih sehat. Triggered adalah hal yang manusiawi dan tidak perlu dianggap sebagai kelemahan. Dengan memahami pemicunya dan belajar mengelolanya, seseorang dapat menjalani hubungan sosial yang lebih nyaman dan penuh kesadaran.