Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Pernah gak sih kamu dekat banget sama seseorang, chatting tiap hari, saling perhatian, tapi… statusnya gak jelas? Kadang kamu mikir, “Ini dia beneran suka gak sih?” atau malah kamu sendiri yang bingung, “Aku suka gak, ya?” Nah, inilah yang sering bikin banyak orang kejebak antara main hati dan bingung perasaan.
Sebelum melangkah lebih jauh, penting banget buat tahu: perasaan kamu itu asli atau cuma efek nyaman sesaat. Karena kalau salah langkah, yang ada nanti malah nyakitin orang lain—atau malah diri sendiri.
Main hati itu biasanya muncul saat seseorang tahu dia punya "kendali" atas perasaan orang lain, dan memanfaatkannya buat kepuasan pribadi. Bisa jadi karena lagi bosan, pengin diperhatiin, atau sekadar iseng nyari validasi. Yang bikin bahaya? Sikapnya ambigu: kadang manis banget, kadang tiba-tiba dingin.
Kalau kamu merasa sering ‘menggantung’ orang lain, atau menikmati perhatian tapi gak pernah kasih kepastian, bisa jadi kamu lagi main hati. Dan percaya deh, hubungan kayak gini gak bakal sehat kalau dibiarkan berlarut-larut.
Berbeda dari main hati, bingung perasaan biasanya muncul dari dalam diri sendiri. Kamu gak tahu apakah perasaan itu beneran cinta atau cuma nyaman karena kebiasaan. Misalnya, sering ngobrol, jalan bareng, sharing cerita, tapi gak pernah benar-benar membayangkan hubungan lebih dari teman.
Ini sering kejadian saat kamu dekat sama sahabat, teman kerja, atau seseorang yang sering bareng. Dan sayangnya, banyak yang akhirnya menyakiti karena memaksakan hubungan sebelum benar-benar paham isi hati sendiri.
Sebelum bikin orang lain baper atau bahkan terluka, coba deh kenali dulu perasaanmu. Jangan asal ngerespon perhatian dengan harapan palsu, dan jangan juga langsung ngegas hubungan tanpa tahu arah hatimu. Cinta itu bukan cuma soal “klik”, tapi soal niat dan tanggung jawab emosional.