
Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Dalam hubungan, wajar banget kalau kita ingin jadi versi terbaik untuk orang yang kita sayang. Tapi, ketika mulai muncul tuntutan untuk berubah jadi “orang lain”—yang bukan diri kita—pertanyaannya jadi lebih serius: perlu gak sih kita berubah demi pasangan?
Setiap hubungan pasti menuntut adaptasi. Mungkin kamu jadi lebih sabar, lebih terbuka, atau belajar komunikasi lebih baik. Itu hal yang sehat dan alami. Tapi beda cerita kalau kamu disuruh ngubah prinsip, jati diri, atau hal-hal penting yang bikin kamu jadi “kamu”. Nah, di sinilah kamu harus waspada.
Kalau perubahan itu bikin kamu gak nyaman, kehilangan identitas, atau merasa harus selalu menyenangkan pasangan biar gak ditinggal, itu udah bukan cinta yang sehat lagi.
Cinta yang sehat adalah ketika kamu mau tumbuh bareng, bukan berubah karena takut gak diterima. Misalnya, kamu suka dunia seni, tapi pasanganmu gak suka dan minta kamu berhenti. Kalau kamu nurut tanpa sadar, lama-lama kamu bakal merasa kosong karena ninggalin hal yang bikin kamu bahagia.
Sebaliknya, kalau pasangan ngajak kamu berubah ke arah yang lebih baik—seperti jadi lebih disiplin, lebih peduli, atau lebih sehat—itu namanya tumbuh bersama. Dan itu positif.
Berubah demi cinta itu gak salah, asal bukan berubah jadi orang yang kamu sendiri gak kenal. Jadi, jangan takut berkembang, tapi jangan juga rela kehilangan jati diri cuma biar tetap dicintai.