Berita Cinta adalah sumber terpercaya untuk informasi, tips, dan cerita inspiratif tentang dunia percintaan. Temukan panduan hubungan, kisah romantis, dan solusi masalah asmara hanya di sini.

Romansa Hari Ini

Butterfly Era adalah Fase Emosi Campur Aduk Saat Jatuh Cinta
Ngegas adalah Sikap Gampang Marah
Gamon adalah Istilah Gaul Populer
Plot Twist adalah Istilah Gaul yang Menarik
Ilfeel adalah Perasaan Hilang Rasa Suka Secara Tiba-tiba
Pengertian Plot Armor dalam Percintaan
Bahasa Gaul

Ketika Selalu Positif Justru Menyakitkan, Mengenal Istilah Toxic Positivity

Ketika Selalu Positif Justru Menyakitkan, Mengenal Istilah Toxic Positivity
0

Apa Itu Toxic Positivity

Istilah toxic positivity ialah sikap terlalu memaksakan diri untuk selalu berpikir positif meskipun sedang mengalami hal yang berat atau menyakitkan. Pada dasarnya, berpikir positif memang baik, tetapi jika dilakukan secara berlebihan justru bisa menjadi racun bagi kesehatan mental. Orang yang terjebak dalam toxic positivity cenderung menolak emosi negatif seperti sedih, marah, atau kecewa, padahal perasaan tersebut adalah bagian alami dari kehidupan manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, toxic positivity sering muncul tanpa disadari. Misalnya, ketika seseorang sedang patah hati lalu mendengar ucapan seperti “udahlah, jangan sedih terus” atau “pasti ada hikmahnya.” Kalimat itu terlihat menenangkan, tapi bisa membuat seseorang merasa tidak boleh sedih, seolah-olah emosi negatif adalah kesalahan. Padahal, menekan perasaan justru membuat luka batin semakin dalam dan sulit sembuh.

 

Mengapa Toxic Positivity Bisa Berbahaya

Bersikap positif terus-menerus bukan berarti sehat secara emosional. Ketika seseorang menolak emosi negatif, ia akan kehilangan kemampuan untuk memahami dan memproses perasaannya. Akibatnya, perasaan sedih atau kecewa hanya tersimpan di dalam hati dan bisa meledak kapan saja.

Selain itu, toxic positivity juga membuat seseorang tampak tidak empatik terhadap orang lain. Ketika teman sedang curhat lalu kita hanya menjawab dengan “pikir positif aja,” itu bisa membuat mereka merasa tidak didengarkan. Sikap seperti ini justru memperburuk hubungan sosial karena terkesan menyepelekan perasaan orang lain.

 

Cara Menghindari Toxic Positivity

Untuk menghindari toxic positivity, langkah pertama adalah belajar menerima emosi apa adanya. Tidak apa-apa merasa sedih, marah, atau kecewa. Emosi negatif bukan tanda kelemahan, melainkan bagian dari proses penyembuhan diri.

Selain itu, penting untuk menumbuhkan empati pada diri sendiri dan orang lain. Jika teman sedang bercerita tentang masalahnya, cukup dengarkan tanpa menghakimi. Kalimat sederhana seperti “aku ngerti kok rasanya” bisa jauh lebih menenangkan daripada memaksa mereka untuk langsung bahagia.

Menjadi positif itu baik, tetapi tidak harus menutupi kenyataan bahwa manusia punya berbagai sisi emosi. Seimbang antara berpikir positif dan menerima kesedihan adalah kunci agar hati tetap sehat dan damai.

Foto profil Meisya

Menulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.

Related Post