Tidak ada yang pernah benar-benar siap untuk pergi dari seseorang yang begitu berarti. Namun, aku tahu bertahan dalam hubungan ini hanya membuat kita semakin lelah.
Kita sering terjebak dalam pertengkaran yang sama, saling melukai dengan kata-kata, lalu berakhir dengan diam yang panjang. Cinta yang dulu menguatkan kini terasa seperti belenggu yang membuat kita semakin sulit bernapas.

Aku memilih pergi bukan karena sudah tak sayang, melainkan karena aku terlalu sayang untuk melihat kita terus menyakiti satu sama lain.

Luka yang Tak Lagi Bisa Disembuhkan dengan Kata Maaf

Berulang kali kita mencoba memperbaiki, berulang kali juga kita berharap semuanya kembali seperti dulu. Tapi semakin keras kita berusaha, semakin jelas terlihat bahwa luka di antara kita terlalu dalam. Kata maaf tak lagi cukup, dan janji untuk berubah tak lagi menenangkan.

Aku lelah, dan mungkin kau juga sama. Kita hanya terus mengulang siklus yang sama… mencintai, bertengkar, menangis, lalu berusaha memulai kembali tanpa pernah benar-benar berhasil.

Merelakan, Demi Bahagia yang Baru

Maka, keputusanku untuk pergi adalah cara terbaik agar kita bisa sama-sama sembuh.
Aku ingin mengingatmu sebagai seseorang yang pernah membuatku bahagia, bukan sebagai orang yang meninggalkan luka paling dalam. Aku ingin melepaskanmu dengan doa, bukan dengan amarah.

Mungkin kelak kita akan bertemu lagi dalam keadaan berbeda, lebih dewasa, lebih tenang, dan lebih siap untuk saling mencintai tanpa harus saling melukai. Tapi jika tidak, setidaknya aku tahu bahwa pergi adalah keputusan paling benar yang pernah aku ambil.