Ambar Arum Putri Hapsari
mahasiswa Universitas STEKOM, BERITA CINTAMenulis di Beritacinta, saya berbagi cerita, tips, dan inspirasi seputar cinta dan hubungan. Semoga tulisan-tulisan di sini bisa menemani dan memberi warna di perjalanan cinta kamu.
Kita semua pernah ada di fase ini—ngobrol intens sama seseorang, sering tukar cerita, saling sapa tiap hari. Rasanya udah kayak couple, tapi status? Gak jelas. Yang satu masih mikir-mikir, sementara yang lain udah ngebayangin jalan bareng pas weekend, bahkan nyusun playlist buat nikahan nanti (oke, ini berlebihan... tapi relatable, kan?).
Ketika kita udah terlalu jauh berandai-andai, padahal gebetan masih tarik ulur, itu bisa bikin hati capek sendiri. Tapi kenapa ya kita bisa ‘lari sejauh itu’, padahal sinyal dari si dia pun masih setengah-setengah?
Doi cuma balas story kamu dengan “haha lucu”, tapi buat kamu itu sinyal. Doi nanya, “Udah makan belum?” dan kamu langsung ngerasa diperhatiin. Padahal bisa aja doi emang ramah ke semua orang. Tapi, otak dan hati kita kadang kerja sama buat nambahin makna yang nggak ada.
Ada rasa takut kehilangan kesempatan, makanya kita buru-buru yakin, biar gak kalah sama yang lain. Masalahnya, kalau gebetan masih ragu tapi kita udah "investasi perasaan", yang rugi malah kita sendiri. Kita jadi nunggu sesuatu yang belum pasti, sambil terus berharap.
Kita nyari validasi dari hal-hal kecil. Dari chat pendek, senyum singkat, sampai postingan yang kita rasa "kayaknya buat aku deh". Berkhayal memang bikin hati senang sesaat, tapi bisa juga jadi jebakan kalau kita nggak nginjek realita.
Penutup:
Berkhayal soal masa depan bareng gebetan itu wajar—manusiawi. Tapi jangan sampai kita sendiri yang terjebak, sementara dia bahkan belum pasti mau ikut masuk. Kadang, menyelamatkan diri dari ekspektasi itu lebih penting daripada mengejar hubungan yang nggak jelas arahnya.