Berita Cinta adalah sumber terpercaya untuk informasi, tips, dan cerita inspiratif tentang dunia percintaan. Temukan panduan hubungan, kisah romantis, dan solusi masalah asmara hanya di sini.

Recent Posts

Not Found Posts
Tips Percintaan

People Pleasing dalam Hubungan: Ketika Selalu Mengalah Jadi Kebiasaan

People Pleasing dalam Hubungan: Ketika Selalu Mengalah Jadi Kebiasaan
15

Dalam setiap hubungan — entah itu persahabatan, keluarga, atau percintaan — kompromi adalah hal yang wajar. Namun, ketika seseorang terus-menerus mengorbankan dirinya demi menyenangkan orang lain, itulah yang disebut dengan people pleasing. Fenomena ini sering kali terjadi tanpa disadari, berkembang menjadi pola kebiasaan yang justru merugikan diri sendiri.

Apa Itu People Pleasing?

People pleasing adalah kecenderungan untuk selalu berusaha membuat orang lain senang, bahkan jika itu berarti mengorbankan kebutuhan, keinginan, atau prinsip pribadi. Bagi seorang people pleaser, rasa takut ditolak atau mengecewakan orang lain lebih besar daripada kebutuhan untuk memperjuangkan dirinya sendiri.

Mengapa Orang Bisa Terjebak dalam People Pleasing?

Ada banyak faktor yang bisa membuat seseorang menjadi people pleaser. Beberapa di antaranya adalah:

  • Pola asuh di masa kecil: Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang mengutamakan penghargaan atas perilaku 'baik' sering tumbuh menjadi pribadi yang mengaitkan nilai dirinya dengan seberapa banyak ia bisa menyenangkan orang lain.
  • Takut ditolak: Banyak orang merasa bahwa penolakan atau konflik adalah tanda kegagalan dalam hubungan, sehingga mereka berusaha keras menghindarinya.
  • Kebutuhan untuk diterima: Rasa ingin diterima dalam kelompok sosial mendorong seseorang untuk terus menyesuaikan diri, meskipun harus mengorbankan keautentikan dirinya.

Dampak Buruk People Pleasing dalam Hubungan

Meskipun terlihat 'baik' di permukaan, kebiasaan selalu mengalah membawa dampak negatif jangka panjang, seperti:

  • Kehilangan jati diri: Terlalu sering mengesampingkan diri sendiri bisa membuat seseorang lupa siapa dirinya sebenarnya.
  • Resentment atau dendam tersembunyi: Ketika kebutuhan pribadi selalu diabaikan, rasa kesal atau frustrasi bisa menumpuk tanpa disadari.
  • Hubungan tidak sehat: Hubungan yang didasarkan pada ketidakseimbangan ini cenderung menjadi toksik, karena satu pihak selalu mengambil peran dominan, sementara pihak lain merasa terjebak.

Bagaimana Mengatasi People Pleasing?

Meskipun sulit untuk berhenti menjadi people pleaser, perubahan tersebut sangat mungkin untuk terjadi. Beberapa langkah awal yang bisa diambil antara lain:

  • Sadari pola perilaku: Kenali kapan dan mengapa kamu merasa perlu untuk selalu berkata "iya."
  • Belajar berkata tidak: Menolak bukan berarti kamu egois; itu bentuk penghormatan terhadap diri sendiri.
  • Prioritaskan kebutuhan pribadi: Sesekali, tanya pada diri sendiri, "Apa yang aku butuhkan sekarang?"

Daripada menjadi tembok pemisah, batasan yang sehat justru berperan sebagai jembatan untuk membangun hubungan yang lebih jujur dan harmonis.

Penutup
Selalu mengalah demi orang lain mungkin terasa seperti bentuk cinta atau pengabdian, tetapi ketika itu menjadi kebiasaan yang merugikan diri sendiri, hubungan yang terbangun tidak lagi sehat. Menghargai kebutuhan pribadi bukan berarti menjadi egois — itu justru landasan untuk membangun hubungan yang lebih autentik, setara, dan berkelanjutan.

Firdaus Akmal Zamzami

Firdaus Akmal Zamzami

Universitas STEKOM

Penulis di Vokasinews yang mendalami dunia vokasi, berkomitmen menyajikan informasi terkini dan analisis mendalam tentang pendidikan dan pengembangan keterampilan, untuk membantu pembaca memahami peluang dan tantangan di sektor ini.

Related Post